apakah ku tak boleh berkeinginan
apakah ku tak boleh menuju caraku sendiri
apakah ku tak boleh berterima dengan batinku kini
kurasakan siksa batin melebihi bagai sebilah pedang tajam
yang tertancap dan mengiris ulu hati
ak punya hak yang kuingini
aku punya keinginan yang berhak ku peroleh
seorang kasihku...
wahai engkau....
cukuplah mengerti hidupku...
maka aku akan mengerti hidupmu
inginmu melampaui batas keinginan yang merebak
tak dapat kubendung
karna aku terlambat untuk membatasi aliranmu itu...
kini...
yang kurasa, apakah aku tersadar atau aku hanya bermimpi merasakan ini????
pondok hati, 30 Juni 2011
11:40
Kamis, 30 Juni 2011
Sabtu, 18 Juni 2011
tak ujung nyata
aku bermalam mengantungi hiruk pikuk
tak tau kapan akan berakhir
hanya sabda Nya lah...
hmmmm....tak tau pun apa yang ku tulis kini
lama nian aku terpuruk dalam ketidaksengajaan
yang akhirnya berujung pada kesepian ini.
sungguh tak ada artinya ketika aku bangun dan menatap cahaya mentari
sungguh tak sopan sekali aku menyapa hari yang kian memanas
meski aku terkapar dalam himpunan kekesalan
aku tak padam untuk menyapa dia...
dia adalah jiwa yang selalu kuingini
dalam rautan sang sastra
yang kini aku menoleh ke arah sang senja
yang kemudian ku sadari bahwa aku masih ada dalam genggaman sang jiwa
satu.....
hingga ke seratus kali...
kuterus melahap amukan emosi ini
tanpa akhir yang nyata
aku menutup diri
tak tenang danku temukan diriku bagai patung takk berdaya
kali pertama aku mencoba..
kali kedua...
hingga kali ketiga...
ku usap, dan kuhapus semua tentang tanya yang tak kunjung berujung..
khalis ataya,
Kolong kamar 18 Juni 2011
tak tau kapan akan berakhir
hanya sabda Nya lah...
hmmmm....tak tau pun apa yang ku tulis kini
lama nian aku terpuruk dalam ketidaksengajaan
yang akhirnya berujung pada kesepian ini.
sungguh tak ada artinya ketika aku bangun dan menatap cahaya mentari
sungguh tak sopan sekali aku menyapa hari yang kian memanas
meski aku terkapar dalam himpunan kekesalan
aku tak padam untuk menyapa dia...
dia adalah jiwa yang selalu kuingini
dalam rautan sang sastra
yang kini aku menoleh ke arah sang senja
yang kemudian ku sadari bahwa aku masih ada dalam genggaman sang jiwa
satu.....
hingga ke seratus kali...
kuterus melahap amukan emosi ini
tanpa akhir yang nyata
aku menutup diri
tak tenang danku temukan diriku bagai patung takk berdaya
kali pertama aku mencoba..
kali kedua...
hingga kali ketiga...
ku usap, dan kuhapus semua tentang tanya yang tak kunjung berujung..
khalis ataya,
Kolong kamar 18 Juni 2011
Langganan:
Postingan (Atom)